Mesin Waktu dalam Pandangan Islam



Konsep kehidupan di dunia ini, mengikat makhluk di dalamnya untuk tunduk pada ruang dan waktu. Namun di dalam kitab suci Al Qur’an yang banyak mengandung keajaiban, kita dapat melihat banyak kisah yang mengambil tema tentang Perjalanan waktu.



Silakan buka Surah Al Kahfi. Di surah itu, anda dapat membaca tentang kisah beberapa pemuda yang tertidur di sebuah gua dan kemudian terbangun beberapa ratus tahun kemudian. Kisah semacam itu juga terjadi pada seorang shalih bernama Uzair seperti yang dikisahkan dalam surah lainnya. Entah kebetulan atau tidak, yang jelas anda dapat melihat kisah yang sama terjadi dalam film science fiction Hollywood semacam film “California Man”, “Demolition Man”, dan “Austin Power”.
Dalam film-film itu, anda dapat menyaksikan seseorang yang dapat dibekukan selama beberapa tahun atau beberapa abad dan kemudian dibangunkan kembali. Secara tidak langsung dan tidak kita sadari, proses pengawetan terhadap tubuh manusia akan dapat ‘memindahkan’ seseorang dari masa sekarang ke masa depan.

Secara ilmiah, proses pengawetan tubuh memang dapat terjadi dan tidak hanya menggunakan konsep pembekuan materi (tubuh) saja. Proses pengawetan tubuh juga dapat menggunakan bahan-bahan lainnya, seperti yang kita saksikan pada proses pengawetan mayat Fir’aun. Walau begitu, para ilmuwan hanya dapat melakukan pengawetan pada materi saja, seperti yang telah sukses dilakukan pada virus dan bakteri.

Ada satu konsep yang terlupakan, yakni, bahwa selain terdiri dari jasad hidup, manusia juga dibangun dari ruh. Suatu percobaan yang melibatkan tubuh manusia yang ditidurkan dalam waktu lama memang belum pernah dilakukan. Namun, bukan berarti tidak ada jalan lain untuk memperjalankan manusia dari titik waktu dimana dia berada ke titik waktu tertentu di masa depan atau di masa lalu.

Kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra dan Mi’raj juga sebenarnya berhubungan dengan tema perjalanan antar waktu. Seperti kita ketahui, dalam perjalanan itu, Nabi SAW diberi ‘pertunjukan’ tentang ‘peragaan’ penyiksaan di neraka dan kenikmatan di surga. Nabi SAW juga dipertemukan dengan para Nabi sebelum beliau yang telah wafat. Padahal, kita semua tentu paham bahwa pada saat Nabi SAW diperjalankan oleh Allah, surga dan neraka belum ada, karena dunia juga belum kiamat.

Albert Einstein pernah mengeluarkan teori yang menyatakan bahwa dalam perhitungan-perhitungan ilmiah, manusia tidak hanya berurusan dengan dimensi ruang semacam tinggi, lebar dan panjang -melainkan juga dengan satu dimensi lain, yaitu waktu. Teori Einstein menyatakan bahwa konsep ruang waktu dan energi materi bukanlah dua kesatuan yang terpisah sama sekali. Keduanya bisa terjalin dalam keadaan tertentu. Dan kalau dua konsep ruang waktu dan energi materi dapat disatukan dalam satu medan, tidak mustahil suatu benda dapat muncul dan lenyap secara mendadak, seperti dalam proses dematerialisasi. Para ahli yang mengkaji kasus aneh yang banyak terjadi di segitiga bermuda seperti pelenyapan pesawat terbang, kapal dan lainnya meyakini bahwa peristiwa-peristiwa tersebut terjadi karena adanya penyatuan medan energi materi dan ruang waktu, seperti yang diungkapkan oleh Einstein.

Teori Einstein tersebut memang membingungkan. Secara sederhana, teori rumit tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Muatan listrik pada suatu kumparan akan menciptakan medan magnetik tertentu yang menuruti arah kedua bidang tegak dan mendatar. Dengan jalan ini, mungkin sebuah medan lain (gravitasi atau gaya tarik magnetik) dapat diciptakan menurut prinsip resonansi. Caranya ialah dengan menggantungkan sebuah generator elektromagnetik sedemikian rupa sehingga menciptakan pulsa-pulsa magnetik. Medan yang tercipta itu akan mengadakan “penyatuan” dengan kedua medan tegak dan mendatar itu.

Bila kita dapat mengembangkan teori “Unified Field” (penyatuan medan) yang dikemukakan Einstein dengan menyatukan medan gravitasi dan elektromagnetik ke dalam teori ruang waktu, maka sebuah medan magnetik yang kuat akan dapat meyebabkan suatu benda atau manusia berpindah dimensi dan menjadi tak tampak. Oleh para ahli, pembuktian teori “Unified Field” kemudian dirujukkan pada berbagai peristiwa yang terjadi di segitiga bermuda. Dengan kata lain, bila kita dapat mengembangkan alat yang dapat menyatukan medan gravitasi dan elektromagnetik dan kemudian tercipta suatu medan magnetik yang kuat, kita akan dapat membuat sebuah alat yang selama ini diimpikan oleh para penghayal yaitu ‘mesin waktu’.

Secara tak sengaja, Angkatan Laut Amerika Serikat telah menemukan praktek penyatuan medan ini ketika mengadakan percobaan rahasia di sebuah kapal perusak pada tahun 1943 (saat Perang Dunia II). Karena percobaan dilaksanakan di Philadelphia, maka kemudian eksperimen ini lebih dikenal sebagai Eksperimen Philadelphia.

Eksperimen Philadelphia bertujuan untuk menyelidiki pengaruh medan magnetik terhadap kapal laut dan seluruh isinya. Dalam eksperimen itu, dua generator ditempatkan pada sebuah kapal. Generator yang pertama dihidupkan dan menghasilkan pulsa magnetik. Sementara yang satu lagi tidak memuat pulsa magneti dan dihidupkan setelah generator pertama. Akbatnya, tercipta medan magnetik di atas dan di sekeliling kapal. Hasilnya sangat mengejutkan dan penting, walau pada akhirnya eksperimen tersebut menimbulkan akibat buruk pada awak kapal tersebut.

Saat eksperimen dilakukan, tampak suatu sinar kehijauan samar-samar. Harap dicatat, laporan dari orang-orang yang selamat dari Segitiga Bermuda mengatakan bahwa mereka melihat adanya kabut berwarna kehijauan. Peristiwa yang terjadi kemudian adalah seluruh kapal terselimuti kabut hijau. Akhirnya, kapal bersama awaknya menghilang dari pandangan pengamat. Hanya lekuk permukaan laut yang kelihatan, menunjukan bahwa kapal itu memang masih ada di situ. Kapal itu tampak dan menghilang lagi, tampak dan menghilang lagi di daerah Norfolk, Virginia. Eksperimen itu dapat dikatakan sesuai dengan teori Unified Field.

Menurut seorang bekas awak kapal perusak itu, percobaan berhasil dengan baik di lautan. Mereka telah berhasil menciptakan sebuah “ruang waktu” berbentuk spiral. Ruang waktu itu mempunyai radius sampai seratus yard atau 91 meter dari pusat pancaran magnetik, yang artinya setiap benda, manusia bila berada dalam radius itu akan lenyap dari pandangan, tetapi masih mungkin dapat diraba. Ketika kapal itu lenyap dari pandangan, hanya lekukan kapal pada permukaan air yang tertindih kapal itu yang kelihatan. Semakin diperkuat gaya medan magnetik, mengakibatkan manusia pun turut lenyap dan untuk dapat diketemukan harus dengan diraba. Mereka baru tampak kembali setelah keluar dari medan magnetik itu. Istilah pelenyapan itu oleh mereka disebut “pencairan”.

Percobaan itu memang dapat dikatakan berhasil, namun memakan korban yang tidak sedikit. Ada awak kapal itu yang akhirnya meninggal, beberapa ada yang kehilangan ingatan. Tetapi ada juga yang indera keenamnya bertambah tajam. Lucunya, beberapa orang masih membawa akibat percobaan itu, kadang-kadang mereka lenyap dan muncul lagi secara tiba-tiba, dan tentu mengejutkan orang yang melihatnya.
Eksperimen Philadelpia ini sebenarnya sangat rahasia. Melalui eksperimen ini, ditemukan penyebab berbagai kecelakaan di Segitiga Bermuda dan juga membuktikan kebenaran teori “Unified Field” Einstein. Semasa hidupnya, Einstein sendiri belum pernah mencoba karena ia keburu meninggal dunia. Teori ini telah terbukti kebenarannya, sehingga para ilmuwan tidak lagi meragukannya. Eksperimen ini juga mengingatkan kita pada piring terbang yang menghilang bila sedang terbang. Peristiwa ini pun diduga disebabkan oleh adanya medan magnetik yang berasal dari piring terbang itu –yang tentu tanpa mengakibatkan efek negatif pada awaknya.

Sebenarnya, para ahli sejak lama telah memikirkan bisa atau tidaknya suatu mesin waktu dibuat. Jika mesin semacam itu dapat dibuat, ada beberapa masalah yang dapat timbul, antara lain;

1. Seperti kita ketahui, ukuran waktu terkecil bukanlah detik, sehingga dapat dimungkinkan bahwa satuan waktu terkecil adalah 5000/1 detik atau 1 juta/1 detik atau bahkan lebih. Bila seseorang –katakanlah bernama Joni- dapat menjelajahi waktu, mungkin saja Joni yang berada pada jam 10:00 bertemu dengan Joni pada jam 10:00:01:01:01:01:01:01. Masalah yang mungkin timbul: Apakah ruang semesta ini akan cukup kuat untuk menahan massa Joni, jika -katakanlah- beberapa Joni dari beberapa titik waktu yang berbeda berada pada titik waktu yang sama? Sebab, berdasarkan hukum kekekalan energi, beberapa Joni akan harus meninggal atau hilang. Stephen Hawking pernah menyatakan ini dalam teori paradoks waktu.

2. Kita tentu pernah mendengar atau membaca apa yang akan terjadi pada saat kiamat tiba. Pada saat itu terjadilah ledakan energi. Masalah yang mungkin timbul, jika seorang Joni yang berada pada jam 10:00 pergi ke waktu setelah kiamat terjadi, apa yang akan terjadi pada diri Joni?

3. Bagaimana bila seorang Joni pergi ke waktu sebelum ruang dan waktu diciptakan? Apa yang akan terjadi pada diri Joni?

Selain beberapa pertanyaan tersebut, masih ada beberapa pertanyaan lain yang menjadi misteri di seputar kemungkinan penciptaan mesin waktu. Satu hal yang pasti, Allah adalah Maha Kuasa. Hanya Dia-lah yang tidak tunduk pada ruang dan waktu. Seperti kita ketahui, salah satu nama Allah dalam asmaul husna adalah Yang Tidak Berawal dan Yang Tidak Berakhir. Bagi Allah, tentu saja memungkinkan untuk memperjalankan siapapun yang dikehendakinya ke manapun -menembus batas ruang dan waktu. Sementara bagi manusia, adalah tugasnya untuk mentafakuri dan mengkaji berbagai kemungkinan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan termasuk dalam hal kemungkinan dilakukannya perjalanan waktu tersebut. Tentu saja semua harus dilakukan atas dasar kemaslahatan tanpa melanggar aturan yang digariskan dalam kitab suci.

Wallahu’alam

Komentar

Postingan Populer