Rasanya melahirkan itu.... Luar biasa !
Terhitung sejak hari senin tanggal 10 juni 2019, perasaan sakit dibawah pinggul sudah mulai aku rasakan.
'ah mungkin hanya sakit pinggul biasa' aku selalu berkata seperti itu setiap kali rasa sakit itu aku datang. Karena rasanya emg b aja ga terlalu sakit. Dan rasa sakit pinggul itu memang suka berlalu begitu saja. Sehingga aku masih leluasa melakukan aktifitas apapun.
Tapi ternyata keesokan harinya tgl 11 juni rasa sakit itu kembali terulang dan semakin sakit rasanya. Hingga akupun mengeluhkan rasa sakit itu pada nenekku. Nenekku mengatakan mungkin waktu persalinanku hampir tiba.
Mendengar itu aku hanya pasrah dan selalu berdoa yg terbaik.
Dan pada hari selasa juga adalah jadwalku untuk kontrol ke bidan.
Hingga bidan pun mengecek area miss V ku barangkali sudah ada bukaan. Dan ternyata belum ada bukaan sama sekali. Aku pun diberikan obat seperti biasa ditambah obat pelunak jalan lahir lalu pulang. Dan padabmalam harinya, malam rabu, aku tidak bisa tidur sama sekali karena rasa sakitnya lumayan menjadi jadi tapi perlahan hilang.
Keesokan harinya lagi, pada hari rabu. Siang hari sekitar pukul 2 siang rasa sakit itu semakin kerap aku rasakan. Mungkin 5 atau 10 menit sekali. Hingga aku harus berdiri dan jalan jalan sedikit untuk mengurangi rasa sakit itu. Rasa sakit itu berada di area pinggul di atas bokong, kalau kata orang sunda menyebutnya dengan ' nyeri tetepokan'.
Rasanya seperti ada yg meremas dan tulang2 pada area itu semakin meregang. Sehingga untuk sholat magrib dan isya pun nenekku menyarankan agar aku sholat sambil duduk diatas kursi.
Setelah sholat isya rasa sakit itu semakin sering aku rasakan dan menjadi jadi. Pada saat itu aku tidak berfikir sama sekali bahwa akan malam ini aku bersalin. Aku pun duduk di atas kasur spring bed sambil mengayun ayunkan pantatku ke atas kebawah layaknya seperti aku sedang duduk diatas gymball untuk mengurangi rasa sakit itu. Aku melakukannya sambil menunggu suamiku pulang dari Cililin.
Hingga pada sekitar pkl 9 malam suamiku pun pulang. Dan aku mengeluhkan rasa sakitku pada suami dan menyuruhnya untuk memijat kakiku.
Saat suamiku pulang nenekku sedang merebus mie untuk dihidangkan pada suamiku.
Ketika kakiku sedang asik dipijat. 'Pessss' keluarlah rembesan air hangat seperti pipis yang tak tertahankan dari celanaku namun bukan keluar dari uretra. Aku sudah menduga sekali bahwa itu adalah air ketuban ku yang pecah. Dan ternyata sakit pinggul bawah yang selama ini aku rasakan itu adalah kontraksi dan si bayi sudah siap untuk keluar.
Langsung saja suamiku dan nenekku membawa tas2 persalinan yang sudah disiapkan dari sebelumnya dan segera membawaku ke bidan dengan motor.
Aku di bonceng suamiku dan nenekku diantar oleh pamanku menuju bidan.
Sesampainya disana aku pun langsung dicek oleh asisten bidan dan ternyata baru pembukaan satu. Ya Allah. Kukira sudah pembukaan 4 atau 5. Hingga aku pun menyewa kamar inap kelas 2 sambil menunggu pembukaannya lengkap. Karena asisten bidan itu mengatakan bahwa jika ketubannya sudah pecah duluan maka dalam 1x24 jam bayinya harus sudah keluar dan jika sampai pkl 3 pagi bayinya belum keluar maka aku harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk di sesar.
Mendengar itu akupun semakin tidak karuan dan terus berdoa agar aku bisa melahirkan di bidan dengan normal. Karena aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya dalam keadaan sakit menunggu pembukaan sambil dilarikan ke rumah sakit yang jaraknya juga lumayan.
Akupun berbaring dikasur kamar kelas 2 sambil merasakan kontraksi yang rasanya seperti pinggulku ditusuk tusuk di regang2. Begitulah pokonya sakit sekali. Hingga ketika rasa sakit itu datang, tanganku tidak tahan seperti ingin meremas sesuatu. Dan aku hanya meremas remas tangan nenekku dan ibu mertuaku. Beruntungnya aku, mereka menawarkan tangannya untuk diremas remas olehku saat kontraksi datang. Rasanya letih sekali karena dari kemarin malam aku belum tidur sama sekali dan aku ingin sekali tidur walau hanya 5 menit saja, tapi tidak bisa karena kontraksinya datang begitu kerap mungkin 1 atau 2 menit sekali. Dan pada saat itu adalah sekitar pukul setengah 11'an malam.
Aku terus merasakan hal yg sama sampai pukul setengah 12 malam. Hingga tiba2 saja aku ingin mengejan. Dan aku pun langsung dibawa ke ruang bersalin untuk di cek pembukaan. Ternyata sudah pembukaan 8. Dan bidan berkata kalau aku belum boleh mengejan jika pembukaannya belum lengkap, yaitu jika sudah pembukaan 10 baru boleh mengejan.
Tapi apa daya, setiap kontraksi di pinggul rasanya ingin sekali mengejan walau harus ditahan. Karena aku berfikir jika aku mengejan setiap kontraksi mungkin akan membantuku mempercepat ke pembukaan 10.
Hingga pukul 12 malam pun tiba dan setelah asisten bidan cek ternyata pembukaannya sudah lengkap dan aku boleh mengejan setiap ada kontraksi.
Akupun mulai mengejan setiap kali ada kontraksi namun bayinya belum juga keluar. Bahkan jika tdk ada kontraksi pun aku mengejan karena mungkin saja itu membantu si bayi untuk terdorong keluar, tapi ternyata jika mengejan saat belum ada kontraksi lagi itu membuatku cape dan semakin lelah. Hingga aku pun disiapkan teh manis dan air oxy untuk membantu menambah tenaga juga asisten bidan pun meng infus tanganku.
Rasanya mual ingin muntah tapi aku tahan, karena aku termasuk orang yg jijik dengan muntah. Ngantuk, mual, lemas, sakit, cape ingin tidur tapi tidak bisa karena kontraksi terus datang tapi saat aku mengejan belum juga keluar bayinya. Lelaaaah sekali.
Seperti itulah terus aku rasakan dan fikiranku sedikit kacau saat asisten bidan berkata jika sampai pukul 3 bayinya belum keluar maka aku harus dilarikan ke rs.
Dalam hati aku terus berdoa agar sebelum jam 3 bayinya keluar.
Saat mengejan aku ditemani oleh suamiku untuk menguatkan, dan suamiku pun juga terus berdoa dalam hatinya.
Sampai kira2 pukul setengah 3'n bidan utama pun datang dan membantu persalinanku. Perasaan pun sedikit lebih tenang ketika bidan utama datang membantu. Karena kepala dan rambut bayi sudah mulai terlihat. Hanya tinggal mengandalkan kekuatanku saja dalam mengejan.
Bidan pun terus menyemangatiku untuk terus mengejan sampai ujung nafasku habis. Terus saja seperti itu selama kurang lebih 20 menit.
Sampai akhirnya kepala bayi pun mulai semakin terlihat keluar. Dan bidan pun menyuruhku untuk pura2 batuk dengan terpakss. Aku pun batuk yang dibuat buat dengan sekuat tenaga.
"Ohok"
"Ayoo lagi !"
"Ohok !"
"Lagi ! "
" Ohok !! "
" Lagi !"
" Oohok!! "
" oeeek oeeek " suara bayi pun terdengar.
Alhamdulillah... Anakku lahir dengan selamat. Neneku pun langsung masuk dan mencium keningku. Begitu juga dengan suamiku.
Anakku lahir pada tanggal 13 juni 2019 hari kamis, dengan berat 2,7 kg dan panjang 50cm. Pada pukul 02.57 WIB. Dan tepat sebelum jam 3.
Akupun mengusulkan nama Zaina, sedangkan suamiku memiliki banyak usulan nama. Tapi diantara banyak usulan itu, kami sepakat untuk memilih nama Riza dan Alfathunnisa.
Dan diberinama Zaina Riza Alfathunnisa
Zaina yang artinya memiliki budi pekerti yang bagus serta memiliki keelokan wajah. Dengan berdoa agar ia kelak memiliki akhlak yang baik dan baik rupanya.
Riza yang artinya kehormatan. Dengan berdia agar kelak ia menjadi wanita terhormat dan memikiki kehormatan yang baik.
Alfathunnisa yang artinya kelembutan. Dengan berdoa agar ia kelak menjadi wanita yang lembut terhadap orang2 disekitarnya.
Aamiin...
Alhamdulillah... Maasyaa Allah...
Komentar
Posting Komentar